Oleh: Nofia Fitri
“Aku  tidak menginginkan kebebasan jika aku dapat menjadi otoritarian  olehnya. Karenanya ku percayakan kebebasan itu kepada pemerintah demi  menertibkannya. Sebaliknya mereka kemudian memberlakukan ribuan regulasi  yang harus kupatuhi sebagaimana otoritas memerintah, hingga semua itu  akhirnya berbalik mengurung kebebasanku. 
Rakyat  menginginkan kebebasan, karenanya dipercayakanlah kekuasaan kepada  pemerintah untuk menciptakan kebebasan ditengah masyarakat yang ‘chaos’  karena kebebasan itu sendiri (yang dianggap kebablasan). Kenyataan  pertama ini adalah latarbelakang berdirinya sebuah pemerintahan  fasis-totalitarian, yaitu karena rakyat yang otoriter, sebagaimana  deskrpisi Polanyi.
Pemerintah  diberi kewenangan, lalu memerintah dengan mengebiri kebebasan rakyat.  Negara kemudian menjadi alat yang membatasi kebebasan rakyat, hingga  rakyat memberontak, menentang kekuasaan dan menginginkan penghapusan  negara yang otomatis melenyapkan keberadaan pemerintah. Kenyataan kedua  ini adalah latarbelakang munculnya semangat anarki yang memantapkan  ide-ide anarkisme dalam pandangan Bakunin.
Disisi  lain, pilihan yang dianggap sebagai sebuah jalan keluar, yaitu  pemerintah dipercaya untuk memegang suatu kekuasaan, diberi kewenangan  oleh rakyat berupa kebebasan untuk memberikan pelayanan ketatanegaraan  demi mewujudkan cita-cita kesejahteraan untuk sang pemberi wewenang.  Proses tersebut yang kemudian dipahami sebagai demokrasi, kekuasaan  berada ditangan rakyat dan dijalankan oleh pemerintah. 
Mempertalikan  ungkapan-ungkapan diatas, idealnya demokrasi adalah kekuasaan rakyat  dan menolak otoritarian. Namun kenyataan dunia modern ketika  prinsip-prinsip kebebasan tersebut ‘tereduksi’ oleh kompleksnya  persoalan rakyat, maka yang muncul sebagai kebebasan adalah mungkin  ‘otoritarian’ itu sendiri.
Apakah  dapat disimpulkan sementara bahwa rakyat yang bebas adalah rakyat yang  otoriter, sementara pemerintah yang otoriter adalah pemerintah yang  bebas?
Sebelum  jauh mengeksplorasi freedom dan otoritarian, sedikit merefleksi Fromm,  menurutnya kebebasan memiliki dua bentuk arti bagi manusia modern,  kondisi pertama bahwa ia telah bebas dari ‘traditional authorities’ dan  menjadi seorang individual namun pada kondisi yang lain di saat yang  sama ia menjadi terisolasi, tak berdaya (alineated from himself and others). Inilah tahap dimana individu dapat menjadi otoritarian.
Demokrasi antara freedom dan otoritarian
“There is only one short span of distance between freedom dan otoritarian while people never stop to pursui their liberty” 
(Nofia Fitri, The Philosophy Critiques of Libertarian Anarchist, 2011)
Pertanyaannya  kemudian, bagaimanakah demokrasi ideal dalam masyarakat yang menuntut  kebebasan sementara kebebasan dapat mendorong mereka menjadi otoriter?  Sebaliknya pemerintah memiliki kekuasaan yang datang dari rakyat itu  sendiri, namun tugas ‘memerintah’ sesungguhnya membatasi kebebasan  rakyat. 
Masyarakat  yang bebas adalah masyarakat yang otoriter. Sementara Pemerintah yang  otoriter adalah pemerintah yang bebas. Meminjam ungkapan Amartya Sen  karenanya ‘kebebasan haruslah diberikan sesuai porsinya.’ Lalu porsi  seperti apa kah yang seharusnya diberikan kepada rakyat bentukan dunia  modern sebagaimana kenyataan hari ini.
Mengambil makna dari istilah populer Dostoyevsky ‘two plus two equal to four, that is freedom’  kebebasan dalam esensinya adalah bukan rakyat sebagai satu individu,  melainkan entitas lebih dari satu itu sendiri. Sebagai contoh pertemuan  antara individu atau publik. 
Demokrasi bersandar pada kesatuan individu, bukan pada Individu yang satu
“We can not achieve the freedom we seek, unless we comprehend the true significance of freedom in a complex society”  (Karl Polanyi).
Manusia  modern yang bebas adalah manusia yang terefleksi dari ide tentang  kebebasan kolektif, bukan pengalaman tentang catatan masa lalu yang  membawa mereka hanya bernostalgia dengan sejarah penindasan individu.  Ide tentang kebebasan adalah ide tentang memerdekakan hak-hak orang  lain. Kemerdekaan suatu negara dari penjajahan adalah memerdekakan suatu  kesatuan individu yang bernasib sama.
Karena  demokrasi adalah kedaulatan ditangan rakyat maka pertimbangan individu  (rakyat) yang kolektif atau dalam bentuk real nya bisa berupa opini  publik adalah otoritas sesungguhnya dalam demokrasi. Aparat penegak  hukum atau pemerintah sekalipun tidak akan dapat membatasi opini yang  dibangun dari pengalaman serta kejadian dalam kehidupan manusia yang  bebas. 
Berangkat  dari kondisi inilah kemudian kesepakatan publik terbentuk (kesepakatan  individu-individu), bahwa masyarakat yang bebas beridekan tentang  kemerdekaan individu untuk kemerdekaan bersama (rakyat). Karenanya dalam  proses demokrasi mengakomodasi opini publik sama dengan menjalankan  ‘kata rakyat.’
Demokrasi adalah pemerintah menjalankan apa yang dikatakan rakyat. 
Pemerintah  hari ini menjadi arogan dan otoritarian karena tidak memahami esensi  demokrasi sesungguhnya. Mereka melihat demokrasi sebatas “rakyat  mempercayakan kekuasaan pada sekelompok orang terpilih dengan memberi  kewenangan kepada mereka untuk memerintah.” Pemerintah-pemerintah diera  modern lupa bahwa kewenangan tersebut adalah kekuasaan yang diamanatkan  dari rakyat dan harus dipertangjawabkan kepada rakyat, digunakan  sebaik-baiknya untuk mensejahterahkan rakyat, sekali lagi Pemerintah  adalah Pelayan Rakyat. 
Pemerintah dibentuk untuk melayani rakyat dalam konteks demokrasi.  Dengan demikian apakah demokrasi adalah dimana aku (rakyat) yang  mempercayakan ‘kekuasaan’ kepadanya (pemerintah) untuk digunakan sebagai  alat melayaniku?
Kalau demokrasi seperti ini, apakah anda (pemerintah) tetap memilih demokrasi?
FINDING DEMOCRACY (Part 2)  “Demokrasi Rakyat, Pemerintah dan Ruang Publik”
FINDING DEMOCRACY (Part 3)  “Negara IDE, Negara Ideal Politik Masa Depan”
*Nofia  Fitri adalah lulusan Ilmu Politik Universitas Nasional dan saat ini  menempuh MA Program International Political Economy, Department of  Intermational Relations (EMU/Turkey). 



1 comments:
Mohon untuk memberikan komentarnya di artikel kami untuk mendukung kebebasan berekspresi internet demi kemajuan bangsa. Karena komentar anda sangat berarti bagi kami. Terima kasih
Posting Komentar