Mahasiswa Cupid: Dari Advokasi hingga HAM Kontemporer

Dari Advokasi hingga HAM Kontemporer



Kepala Sekolah Hak Asasi untuk Mahasiswa (SeHAMA) Papang Hidayat mengatakan, kurikulum yang diterapkan oleh SeHAMA adalah berdasarkan pengalaman Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) selama 13 tahun berkecimpung di dunia advokasi hak asasi manusia (HAM). SeHAMA memberikan pelatihan HAM selama tiga minggu untuk 31 mahasiswa terpilih dari berbagai universitas di seluruh Indonesia.

"Kurikulumnya berdasarkan pengalaman Kontras selama 13 tahun," kata Papang, Senin (4/7/2011), di Kantor Kontras, Menteng Jakarta Pusat.

Ia menjelaskan, ada beberapa materi dalam SeHAMA, seperti materi dasar yang memberikan pemahaman teori-teori, konsep dan mekanisme dasar tentang HAM. "Selanjutnya adalah advokasi, yaitu belajar menyelesaikan masalah-masalah pelanggaran HAM. Reformasi sektor keamanan, karena dulu para pelanggar HAM berasal dari sektor tersebut," tambahnya.

SeHAMA tahun ini, sambung Papang, menyelipkan satu materi yang belum diterapkan sebelumnya, yaitu tentang HAM kontemporer. "HAM kontemporer itu yang saat ini marak terjadi, misalnya seperti bentrokan antar umat beragama," terangnya.

Selama tiga minggu, SeHAMA akan diisi dengan berbagai kegiatan seperti diskusi dan materi kelas, kunjungan ke berbagai institusi terkait, dialog dengan para korban HAM dan masyarakat minoritas, sampai melakukan investigasi dan analisa di lapangan.

"Semua akan dinilai, termasuk secara individual. Mereka berkesempatan magang di Kontras karena komunikasi tak akan putus setelah tiga minggu bersama dalam SeHAMA," kata Papang.

Seperti diberitakan sebelumnya, SeHAMA adalah Sekolah HAM yang didirikan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) didukung oleh Kedutaan Besar Kanada, Kedutaan Besar Perancis dan Kedutaan Besar Swiss.

Artikel Terkait:

0 comments:

Posting Komentar