Kementerian Pemuda dan Olahraga bersama perguruan tinggi di 33  provinsi melakukan kerja sama untuk mengirim 1.000 sarjana pada 2011 ke  pedesaan dalam program pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Pedesaan  (SP3).
"Mereka akan berada di desa selama dua tahun untuk  menggerakkan desa. Bisa jadi guru, pelatih olahraga, membantu pertanian  atau peternakan," kata Menpora Andi Mallarangeng di sela rakor program  SP3 dan penandatanganan MOU Menpora dengan 33 rektor perguruan tinggi di  Jakarta, Rabu (20/7/2011).
Andi mengatakan, MOU tersebut  merupakan revitalisasi program SP3. Bentuk revitalisasi itu, antara  lain, dengan melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi dalam merekrut  dan menempatkan para sarjana.
"Dulu tidak melibatkan perguruan  tinggi. Yang merekrut dinas pemuda dan olahraga. Banyak kampus tidak  tahu program ini," katanya.
Selain itu, katanya, saat ini sarjana  akan ditempatkan bukan di daerah asalnya. "Dulu ditempatkan di kampung  halaman mereka," ujar Andi.
Andi mengatakan, para sarjana yang  mengikuti program ini akan mendapatkan biaya hidup minimal. Oleh sebab  itu, katanya, sarjana yang mengikuti program ini adalah yang mempunyai  keinginan dan spirit untuk membangun desa.
Ia mengharapkan, dengan  adanya program SP3 ini paling tidak mendapatkan dua manfaat. Pertama,  nilai tambah untuk membangun desa. Kedua, para sarjana yang mengikuti  program dapat membangun kemampuan diri serta menjadi mengenal dan  mencintai desa.
Perguruan tinggi yang melakukan kerja sama, antara  lain, Institut Pertanian Bogor, Universitas Udayana, Universitas  Bengkulu, Universitas Mulawarman, Universitas Hasanuddin, Universitas  Pattimura, Universitas Andalas, Universitas Lampung, Universitas Lambung  Mangkurat, dan Universitas Negeri Gorontalo.
SP3 dimulai sejak  tahun 1989 sebagai wujud keprihatinan pemerintah terhadap fenomena  tingginya angka pengangguran pemuda di pedesaan dan banyaknya lulusan  perguruan tinggi yang menjadi pencari kerja di perkotaan.         




0 comments:
Posting Komentar